Pekerjaan yang dapat dijadikan perhitungan adalah pekerjaan selesai atau minimal serah terima pertama.
Pasal 19 ayat 1 h.
memiliki Kemampuan Dasar (KD) untuk usaha non-kecil, kecuali untuk pengadaan Barang dan Jasa Konsultansi;
Pasal 20
(1) KD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) huruf h pada subbidang pekerjaan yang sejenis untuk usaha non kecil dihitung dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Untuk Pekerjaan Konstruksi, KD sama dengan 3 NPt (Nilai Pengalaman Tertinggi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir); dan
b. Untuk Pengadaan Jasa Lainnya, KD sama dengan 5 NPt (Nilai Pengalaman Tertinggi dalam kurun waktu 10 tahun terakhir).
(2) KD paling kurang sama dengan nilai total HPS dari pekerjaan yang akan dilelangkan.
(3) Ketentuan pada ayat (1) dikecualikan dalam hal Pengadaan Barang/Jasa tidak dapat diikuti oleh perusahaan nasional karena belum ada perusahaan nasional yang mampu memenuhi KD.
(4) Dalam hal kemitraan, yang diperhitungkan adalah KD dari perusahaan yang mewakili kemitraan (leadfirm).
Dalam Penjelasan Perpres 54 tahun 2010 :
Nilai Pengalaman Tertinggi (NPt) adalah nilai Kontrak tertinggi yang pernah dilakukan oleh Penyedia Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya pada subbidang yang sejenis.
KD untuk Pengadaan Jasa Lainnya menjadi persyaratan Penyedia Jasa Lainnya bilamana diperlukan.
Dalam Lampiran III Perpres 54 tahun 2010
Memiliki Kemampuan Dasar (KD) pada pekerjaan yang sejenis dan kompleksitas yang setara hanya untuk usaha non kecil, dengan ketentuan:
(1) KD = 3 NPt
NPt = Nilai pengalaman tertinggi pada sub-bidang pekerjaan yang sesuai dalam 10 (sepuluh) tahun terakhir.
(2) Dalam hal kemitraan yang diperhitungkan adalah KD dari perusahaan yang mewakili kemitraan;
(3) KD sekurang-kurangnya sama dengan nilai total HPS;
(4) Pengalaman perusahaan dinilai dari sub bidang pekerjaan, nilai kontrak dan status peserta pada saat menyelesaikan kontrak sebelumnya;
(5) (N) Nilai pengalaman pekerjaan dapat dikonversi menjadi nilai pekerjaan sekarang dengan present value menggunakan perhitungan sebagai berikut:
NPs = NPO x Is/Io
NPs = Nilai pekerjaan sekarang
Npo = Nilai pekerjaan keseluruhan termasuk eskalasi (apabila ada) saat serah terima pertama
Io = Indeks dari Biro Pusat Statistik (BPS) pada bulan serah terima pertama
Is = Indeks dari BPS pada bulan penilaian prakualifikasi
(bila belum ada dapat dihitung dengan regresi linier berdasarkan indeks bulan-bulan sebelumnya)
Indeks BPS yang dipakai adalah indeks yang merupakan komponen terbesar dari pekerjaan.
CONTOH :
Ada pekerjaan konstruksi pembangunan Gedung senilai Rp. 4.5 miiar (pengumuman pelelangan dilakukan di bulan Februari 2012).
KD = 3 NPt maka Rp. 4.5 M = 3 Npt
Npt = 4.5 M / 3 = Rp. 1.5 M
Jadi penyedia yang mempunyai suatu paket atau satu paket tertinggi sama dengan atau lebih tinggi dari Rp. 1.5 M , lulus persyaratan KD.
Sedangkan untuk para penyedia ynag mempunyai paket tertinggi dibawah Rp. 1.5 M ditindaklanjuti dengan perhitungan sebagaimana yang terjadi seperti pada PT Rindu Tender.
PT Rindu tender dalam dokumen formulir isian kualifikasi terdapat pekerjaan yang pernah dilakukan dan pekerjaan tersebut diserahterimakan pertama kali di bulan April 2007 dengan nilai kontrak Rp. 1.400.000.000.
Apakah PT Rindu Tender memenuhi Kemampuan Dasar (KD), dengan pengalaman yang pernah dimliki ada satu pekerjaan senilai Rp. 1.4 M, maka dicari apakah NPS bisa sama dengan atau lebih tinggi dari NPt.
Dari data BPS :
Io = 204 di bulan Februari 2012 untuk jenis bangunan, konstruksi Indonesia.
Is = 227 di bulan April 2007 untuk jenis bangunan, konstruksi Indonesia
NPo = Rp. 1.4 M
NPS = NPo x Is/Io
= Rp. 1.4 M x 227/204
= Rp. 1,557.843.137
NPs => Npt
KD = 3 NPt
= 3 x Rp. 1,557.843.137 = Rp. 4.67 M
Karena KDnya sama dengan atau lebih besar dengan HPS maka penyedia PT Rindu Tender memenuhi persyaratan KD.
Indeks Harga Perdagangan Besar Bahan Bangunan / Konstruksi (2000=100), Indonesia, 2007 | |||||||||||||||||
Jenis Bangunan | 2007 | Rata-rata | |||||||||||||||
Jan | Feb | Mar | Apr | Mey | Jun | Jul | Agt | Sept | Oct | Nov | Des | ||||||
Bangunan Tempat Tinggal dan Bukan Tempat Tinggal (23) | 209 | 210 | 212 | 214 | 216 | 218 | 219 | 220 | 223 | 225 | 228 | 233 | 219 | ||||
Bangunan Pekerjaan Umum untuk Pertanian (19) | 231 | 233 | 234 | 236 | 239 | 240 | 241 | 242 | 244 | 247 | 249 | 256 | 241 | ||||
Pekerjaan Umum untuk Jalan, Jembatan dan Pelabuhan (19) | 239 | 241 | 242 | 245 | 248 | 250 | 251 | 252 | 255 | 259 | 262 | 269 | 251 | ||||
Bangunan dan Instalasi Listrik, Gas, Air Minum dan Komunikasi (23) | 195 | 197 | 198 | 200 | 201 | 202 | 204 | 204 | 207 | 209 | 212 | 217 | 204 | ||||
Bangunan Lainnya (23) | 219 | 221 | 222 | 225 | 227 | 229 | 230 | 231 | 233 | 236 | 239 | 244 | 230 | ||||
Konstruksi Indonesia (23) | 222 | 223 | 225 | 227 | 230 | 231 | 233 | 234 | 236 | 239 | 242 | 248 | 232 |
Indeks Harga Perdagangan Besar Bahan Bangunan / Konstruksi, 2012 (2005=100)1) | |||||||||||||||||
Jenis Bangunan | 2012 | Rata-rata | |||||||||||||||
Jan | Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Jul | Ags | Sep | Okt | Nov | Des | ||||||
Bangunan Tempat Tinggal dan Bukan Tempat Tinggal (24) | 197 | 198 | 199 | 198 | |||||||||||||
Bangunan Pekerjaan Umum untuk Pertanian (23) | 215 | 216 | 217 | 216 | |||||||||||||
Pekerjaan Umum untuk Jalan, Jembatan dan Pelabuhan (24) | 212 | 213 | 215 | 213 | |||||||||||||
Bangunan dan Instalasi Listrik, Gas, Air Minum dan Komunikasi (25) | 193 | 193 | 194 | 193 | |||||||||||||
Bangunan Lainnya (25) | 204 | 204 | 206 | 205 | |||||||||||||
Konstruksi Indonesia (25) | 203 | 204 | 205 | 204 |
gak tebalik tuh Is sm I0 nya??
ReplyDeletePerhitungan npt apa boleh dilakukan untuk beberapa project (yg sudah selesai) dihitung dari nilai beberapa project multi year yg berjalan di tahun yg sama?
ReplyDeleteBagaimana perhitungan Is bila data dari BPS belum terbit?
ReplyDelete