Sudah menjadi kenyataan umum bahwa menyusun HPS dari harga rata-rata survei.
Dalam kesempatan ini, saya akan mencoba menganalisa dari metode evaluasi yang akan digunakan dalam mengevaluasi penawaran.
Untuk pengadaan barang, pekerjaan konstruksi dan jasa lainnya ada tiga metode evaluasi yaitu :
a. sistem gugur;
b. sistem nilai; dan
c. sistem penilaian biaya selama umur ekonomis.
(Disini saya sering ditegur peserta pelatihan ditanya HPS, kok njelasin metode evaluasi).
HPS DI METODE EVALUASI SISTEM GUGUR
Bila yang digunakan metode evaluasi sistem gugur maka HPS menggunakan harga rata-rata.
namun bila penyedianya hanya beberapa, tentu akan mengarah ke penyedia tertentu.
Contoh survei harga kepada empat sumber dan kemungkinan empat sumber ini menjadi peserta pelelangan.
Harga dari A Rp. 575 juta
Harga dari B Rp. 525 Juta
Harga dari C Rp. 550 juta
Harga dari D Rp. 400 juta
Bila dirata-ratakan Rp.. 2.050 juta /4 maka HPS nya adalah Rp. 512.5 juta. Bila dilaksanakan pelelangan maka yang bisa memenuhi adalah hanya penyedia D.
Yang lulus evaluasi hanya dua penyedia. Pelelangan gagal karena tidak menghasilkan minimal 3 penyedia, kemudian diulang maka yang memasukkan dokumen hanya D, maka penunjukan langsung dilakukan ke D.
Ketidaktepatan membuat HPS membuat lelang menjadi lama dan menghasilkan penetapan pemenang ke penyedia tertentu.
Dapat dibuat kesimpulan bila penyedianya sedikit maka pengambilan harga rata-rata belum tepat.
Pengambilan harga rata-rata dilakukan pada sistem gugur dengan penyedia yang banyak.
HPS DI METODE EVALUASI SISTEM NILAI
Dalam sistem gugur untuk penyedia yang lulus administrasi dan teknis maka penyedia yang menawarkan harga murah akan sangat berpotensi untuk menjadi pemenang.
Dalam sistem nilai, penyedia yang menawarkan harga yang murah belum tentu menang. karena metode evaluasi sietm nilai menggunakan pembobotan, nilai. harga hanya merupakan salah satu pembobotan saja.
Karena belum tentu penyedia yang murah yang menang kalau kita membuat harga rata-rata, dengan HPS diambil dari rata-rata survei /data maka penyedia yang akan menawarkan harga adalah beberapa penyedia yang harganya dibawah HPS. sehingga penyedia yang terpilih adalah diantara penyedia yang harganya dibawah HPS tersebut selanjutnya penyedia barang dan jasa yang didapat kemungkinan menawarkan yang tidak berkualitas.
Contoh
Contoh survei harga kepada empat sumber
Harga dari G Rp. 690 juta
Harga dari K Rp. 620 Juta
Harga dari L Rp. 810 juta
Harga dari M Rp. 630 juta
Bila dirata-ratakan Rp. 2.750 juta /4 maka HPSnya adalah Rp. 687.5 juta. Maka yang berpotensi menjadi peserta pelelangan adalah yang bisa memenuhi yaitu penyedia K dan M
.Penyedia G dan L yang mempunyai potensi NILAI, tidak terjaring.
Pelelangan gagal karena tidak menghasilkan minimal 3 penyedia, kemudian diulang.
Jadi membuat HPS dengan nilai tertinggi adalah bukan suatu kesalahan.
HPS DI METODE EVALUASI BIAYA SELAMA UMUR EKONOMIS
Dalam metode evaluasi biaya selama umur ekonomis, harga penawaran yang murah belum tentu menang. karena metode evaluasi biaya selama umur ekonomis menggunakan pembobotan, nilai. harga hanya merupakan salah satu pembobotan saja.
Karena belum tentu penyedia yang murah yang menang kalau kita membuat harga rata-rata, dengan HPS diambil dari rata-rata survei /data maka penyedia yang akan menawarkan harga adalah beberapa penyedia yang harganya dibawah HPS. sehingga penyedia yang terpilih adalah diantara penyedia yang harganya dibawah HPS tersebut selanjutnya penyedia barang dan jasa yang didapat kemungkinan menawarkan yang tidak berkualitas. Penyedia-penyedia yang memiliki umur ekonomis yang baik menjadi tidak terjaring.
Sama dengan metode evaluasi sistem nilai. , membuat HPS dengan nilai tertinggi adalah bukan suatu kesalahan.
No comments:
Post a Comment